Microplate Reader
Gambar 1. Skema Microplate Reader
Microplate reader merupakan alat yang digunakan untuk pembacaan lempeng
mikro. Microplate reader memiliki prinsip sama dengan spektrofotometri yang
menggunakan metode konvensional namun yang membedakan ialah microplate
reader dapat melakukan analisis dengan jumlah sampel yang banyak (Heredia dkk.,
2006). Perbedaan dengan spektrofotmeter konvensional yang memfasilitasi
pembacaan pada berbagai panjang gelombang, microplate reader memiliki filter atau
kisi-kisi difraksi yang membatasi rentang panjang gelombang yang digunakan dalam
microplate, umumnya antara 400 sampai 750 nm. Namun, beberapa microplate
reader bekerja dalam rentang ultraviolet dan melakukan analisis antara 340-700 nm.
Sistem optik dimanfaatkan oleh banyak produsen menggunakan serat optik
untuk menyuplai cahaya untuk sumur lempeng mikro yang berisi sampel. Berkas
cahaya yang melewati sampel memiliki diameter yang berkisar antara 1 sampai 3
mm. Suatu sistem deteksi untuk mendeteksi cahaya yang bersal dari sampel,
menguatkan sinyal dan menentukan absorbansi sampel. Selanjutnya suatu sistem
pembacaan mengubahnya menjadi data yang memungkinkan interpretasi hasil
pengujian. Skema microplate reader dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan: 1. Sumber cahaya; 2. Diafragma; 3. Lensa kondensor;
4. Filter; 5. Fiber bundle; 6. Lensa fokuss; 7. Microplate;
8. Detektor
4. Filter; 5. Fiber bundle; 6. Lensa fokuss; 7. Microplate;
8. Detektor
Spektroskopi 1H-NMR
Spektrofotometer 1H-NMR merupakan alat yang digunakan untuk menentukan
kedudukan proton pada suatu senyawa serta dapat untuk menentukan perbandingan
jumlah relatif proton-proton tersebut yaitu dengan mengukur intensitas dari signalsignal proton dengan alat intergrator yang ada pada 1H-NMR (Silverstein dkk.,
1991).
Sifat yang mendasari prinsip resonansi magnetik inti sebagai alat analisis
dengan tujuan elusidasi struktur ialah inti-inti atom tertentu seperti 1H, 13C, 19F dan
31P yang dapat berperilaku sebagai magnet batang kecil. Atom hidrogen memiliki
beberapa isotop yaitu 2H (deuterium) dan 3H (tritium) namun kelimpahan terbesar di
alam adalah 1H yaitu sebesar 99,985% (Kosela, 2010).
Terbentuknya signal-signal terjadi karena perbedaan lingkungan kimia dari
atom hidrogen. Perbedaan kedudukan tersebut akan memberikan frekuensi resonansi
yang berbeda. Perbedaan kedudukan dalam kurva signal 1H-NMR dikenal sebagai geseran kimia. Jika semakin kecil frekuensi resonansinya maka semakin besar
kerapatan elektronnya dan semakin kecil juga pergeseran kimia proton tersebut dan
sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kimia adalah faktor
induktif, faktor anisotropik, faktor sterik, ikatan hidrogen dan pelarut yang digunakan
(Silverstein dkk., 1991). Langkah yang dilakukan dalam menginterpretasikan kurva
spektrum 1H-NMR adalah jumlah sinyal menerangkan seberapa banyak jenis proton
yang berada pada molekul analit. Kedudukan sinyal menerangkan tentang jenis
lingkungan kimia tempat proton tersebut berada. Intensitas sinyal menerangkan
jumlah dari proton pada lingkungan kimia tertentu. Pemecahan puncak (splitting)
menerangkan tentang lingkungan kimia dari proton lainnya yaitu proton yang
berdekatan (bertetangga) (Silverstein dkk., 1991).
DAFTAR PUSTAKA
Heredia, T., Adams, D., Fields, K., Held, P., dan Harbertson, J. 2006. Evaluation
of a Comprehensive Red Wine Phenolics Assay Using a Microplate
Reader. Am. J. Enol. Vol. 57. No. 4: 497-502.
Kosela, S. 2010. Cara Mudah dan Sederhana Penentuan Struktur Molekul
Berdasarkan Spektra Data (NMR, Mass, IR, UV). Penerbit Lembaga FE
UI: Jakarta.
Silverstein, R.M., Bassler, G.C., dan Morril, T.C. 1991. Spectrometric
Identification of Organic Compounds. 4
th Edition. John Wiley and Sons
Inc: New York.
terimakasih kak.
ReplyDelete