Tuesday, 30 April 2019

Microplate Reader dan Spektroskopi 1H-NMR

                                                              Microplate Reader


       Microplate reader merupakan alat yang digunakan untuk pembacaan lempeng mikro. Microplate reader memiliki prinsip sama dengan spektrofotometri yang menggunakan metode konvensional namun yang membedakan ialah microplate reader dapat melakukan analisis dengan jumlah sampel yang banyak (Heredia dkk., 2006). Perbedaan dengan spektrofotmeter konvensional yang memfasilitasi pembacaan pada berbagai panjang gelombang, microplate reader memiliki filter atau kisi-kisi difraksi yang membatasi rentang panjang gelombang yang digunakan dalam microplate, umumnya antara 400 sampai 750 nm. Namun, beberapa microplate reader bekerja dalam rentang ultraviolet dan melakukan analisis antara 340-700 nm. 
    Sistem optik dimanfaatkan oleh banyak produsen menggunakan serat optik untuk menyuplai cahaya untuk sumur lempeng mikro yang berisi sampel. Berkas cahaya yang melewati sampel memiliki diameter yang berkisar antara 1 sampai 3 mm. Suatu sistem deteksi untuk mendeteksi cahaya yang bersal dari sampel, menguatkan sinyal dan menentukan absorbansi sampel. Selanjutnya suatu sistem pembacaan mengubahnya menjadi data yang memungkinkan interpretasi hasil pengujian. Skema microplate reader dapat dilihat pada Gambar 1.

                                                     Gambar 1. Skema Microplate Reader
Keterangan: 1. Sumber cahaya; 2. Diafragma; 3. Lensa kondensor;
4. Filter; 5. Fiber bundle; 6. Lensa fokuss; 7. Microplate;
8. Detektor 

Spektroskopi 1H-NMR

       Spektrofotometer 1H-NMR merupakan alat yang digunakan untuk menentukan kedudukan proton pada suatu senyawa serta dapat untuk menentukan perbandingan jumlah relatif proton-proton tersebut yaitu dengan mengukur intensitas dari signalsignal proton dengan alat intergrator yang ada pada 1H-NMR (Silverstein dkk., 1991). 
        Sifat yang mendasari prinsip resonansi magnetik inti sebagai alat analisis dengan tujuan elusidasi struktur ialah inti-inti atom tertentu seperti 1H, 13C, 19F dan 31P yang dapat berperilaku sebagai magnet batang kecil. Atom hidrogen memiliki beberapa isotop yaitu 2H (deuterium) dan 3H (tritium) namun kelimpahan terbesar di alam adalah 1H yaitu sebesar 99,985% (Kosela, 2010). 
       Terbentuknya signal-signal terjadi karena perbedaan lingkungan kimia dari atom hidrogen. Perbedaan kedudukan tersebut akan memberikan frekuensi resonansi yang berbeda. Perbedaan kedudukan dalam kurva signal 1H-NMR dikenal sebagai geseran kimia. Jika semakin kecil frekuensi resonansinya maka semakin besar kerapatan elektronnya dan semakin kecil juga pergeseran kimia proton tersebut dan sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kimia adalah faktor induktif, faktor anisotropik, faktor sterik, ikatan hidrogen dan pelarut yang digunakan (Silverstein dkk., 1991). Langkah yang dilakukan dalam menginterpretasikan kurva spektrum 1H-NMR adalah jumlah sinyal menerangkan seberapa banyak jenis proton yang berada pada molekul analit. Kedudukan sinyal menerangkan tentang jenis lingkungan kimia tempat proton tersebut berada. Intensitas sinyal menerangkan jumlah dari proton pada lingkungan kimia tertentu. Pemecahan puncak (splitting) menerangkan tentang lingkungan kimia dari proton lainnya yaitu proton yang berdekatan (bertetangga) (Silverstein dkk., 1991).

                                                               DAFTAR PUSTAKA

Heredia, T., Adams, D., Fields, K., Held, P., dan Harbertson, J. 2006. Evaluation of a Comprehensive Red Wine Phenolics Assay Using a Microplate Reader. Am. J. Enol. Vol. 57. No. 4: 497-502.
Kosela, S. 2010. Cara Mudah dan Sederhana Penentuan Struktur Molekul Berdasarkan Spektra Data (NMR, Mass, IR, UV). Penerbit Lembaga FE UI: Jakarta. 
Silverstein, R.M., Bassler, G.C., dan Morril, T.C. 1991. Spectrometric Identification of Organic Compounds. 4 th Edition. John Wiley and Sons Inc: New York.

1 comment: