KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dikembangkan pada akhir
tahun 1960 dan 1970. Saat ini, sudah sangat luas digunakan sebagai teknik
pemisahan baik untuk analisis sampel dan pemurnian dalam variasi sampel baik
dalam bidang farmasi, bioteknologi, lingkungan, polimer dan industri makanan
(Settle, 1997). Hakekatnya kromatografi merupakan metode pemisahan dimana
komponen yang akan dipisahkan terdustribusi diantara dua fase yang tidak saling
bercampur yaitu fase diam dan fase gerak (Wellings, 2006).
Pada KCKT, fase diam berupa kolom modern dengan partikel yang sangat
kecil (ditempatkan dalam kolom tertutup), sedangkan fase gerak berupa cairan
yang dialirkan ke kolom menggunakan bantuan pompa dan terdapat detektor yang
sensitive (McMaster, 2007). Berdasarkan mekanisme pemisahannya,
diklasifikasikan berdasarkan adsorpsi, partisi, pertukaran ion dan berdasarkan
ekslusi ukuran. Pada partisi dibedakan lagi menjadi kromatografi fase normal dan
fase terbalik (Moffat, 2004).
Kromatografi adsorpsi terjadi interaksi antara solut pada permukaan fase
diam, dimana fase diam berupa adsorben polar padat (silika, alumina).
Kromatografi partisi berdasarkan partisi analit dalam fase gerak cair dan fase diam
cair yang tidak saling bercampur dan terikat pada penyangga kolom karena
adanya perbedaan kelarutan komponen sampel dalam kedua fase. Kromatografi
pertukaran ion, berdasarkan pertukarn anion, atau kation pada fase diam dengan solut. Sedangkan kromatografi eksklusi ukuran, solut dipisahkan berdasarkan
ukuran molekul, molekul dengan ukuran besar akan terelusi pertama dari kolom
tersebut (Moffat, 2004).
Pada kromatografi partisi, terdapat perbedaan berdasarkan polaritas dari
fase diam dan fase gerak yaitu (Harvey, 2000):
1. Fase Normal
Pada kromatografi fase normal, fase diam polar sedangkan fase geraknya
adalah non polar. Campuran senyawa polar akan tertahan lebih lama di dalam
kolom dibandingkan dengan senyawa non polar. Sehingga senyawa non polar
akan keluar dari kolom lebih cepat dibandingkan dengan senyawa polar. Fase
diam dapat mengandung gugus siano, diol atau amino.
2. Fase Terbalik
Kromatografi fase terbalik, yang umunya digunakan untuk analisis. Fase diam
pada fase terbalik bersifat non polar, sedangkan fase gerak bersifat polar. Fase
diam umumnya mengandung senyawa non polar yang mempunyai rantai karbon
yang panjang, umumnya gugus n-octyl (C8) or n-octyldecyl (C18). Sehingga
senyawa polar akan keluar lebih cepat dari kolom.
Pada dasarnya peralatan pokok yang selalu (harus) ada di dalam suatu sistem
KCKT adalah sebagai berikut:
a) Resevoir untuk fase gerak
b) Pompa
c) Injektor
d) Kolom
e) Detektor
f) Sistem pengolah data (Recorder/ Integrator/ PC-Based Software)
g) Termostat untuk kolom dan detektor apabila diperlukan (Kantasubrata,
2004).
3. Solvent Resevoir
Sesuai dengan namanya, fungsi solvent reservoir adalah untuk menampung
fase gerak yang akan dilirkan ke dalam kolom dengan bantuan pompa. Solvent resevoir biasanya terbuat dari gelas dengan volume yang bervariasi bergantung
dari jumlah/ volume fase gerak yang dibutuhkan.
4. Pompa
Fungsi pompa di dalam sistem KCKT adalah untuk mendorong fase gerak
masuk ke dalam kolom. Tekanan pompa yang diperlukan harus cukup tinggi
karena kolom KCKT berisi partikel-partikel yang sangat kecil. Pada dasarnya
pompa KCKT harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Dapat memompa fase gerak secara konstan
b) Mempunyai batas tekanan maksimum yang cukup tinggi (400 psi)
c) Inert terhadap pelarut-pelarut organik (tahan terhadap fase gerak)
d) Mempunyai noise yang rendah
e) Cara kerja sederhana
f) Mempunyai fluktuasi tekanan yang minimal
5. Injektor
Fungsi injektor pada sistem KCKT adalah tempat untuk memasukkan
cuplikan dengan bantuan syringe. Jenis injektor yang sering digunakan adalah
ijektor dengan sistem loop, yaitu jenis injektor yang menggunakan katup dan
loop.
6. Kolom
Kolom pada sistem KCKT merupakan jantung dari sistem tersebut, karena di
dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen cuplikan. Jadi berhasil
tidaknya suatu analisis atau pemisahan komponen-komponen sangat bergantung
pada kolom yang digunakan. Pemisahan dapat terjadi karena fase diam yang
terdapat di dalam kolom dapat mengadakan interaksi dengan berbagai komponen
dengan kekuatan berbeda satu sama lain, sehingga masing-masing komponen
akan keluar dari kolom dengan waktu retensi (tR) yang juga berbeda.
7. Detektor
Fungsi detektor dalam KCKT adalah untuk mendeteksi komponen-komponen
cuplikan hasil pemisahan kolom secara kualitatif dan kuantitatif bergantung pada
kebutuhan analisis. Detektor KCKT yang baik harus mempunyai sensitifitas yang
cukup tinggi atau mempunyai limit deteksi yang sangat kecil, sehingga dapat memberikan perubahan sinyal yang besar pada perubahan konsentrasi komponen
cuplikan yang kecil. Detektor yang sensitif akan sangat membantu analisis
kualitatif, terutama untuk trace analysis. Dua jenis detektor yang dikenal didalam
KCKT adalah:
a) Detektor Universal
Yaitu detektor yang yang bisa langsung digabungkan ke dalam instrument
KCKT tanpa memerlukan tambahan sistem khusus. Contoh: detektor UV-Vis,
detektor indeks refraksi, detektor flourescence, detektor diode array dan detektor
hantaran.
b) Detektor Khusus
Yaitu detektor yang memerlukan sistem khusus agar bisa digunakan sebagai
detektor dalam KCKT, contoh: FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy),
MS (Mass Spectrometer), dan sebagainya.
c) Detektor Photo Diode Array
Kelebihan detektor Photo Diode Array (PDA) adalah mampu membuat
spectrum senyawa dalam waktu 0,1 detik. Kelebihan ini menjawab semua
kesulitan yang tak dapat dilakukan oleh detektor spektrofotometer yang lain, yaitu
waktu elusi komponen melalui sel aliran detektor yang hanya 1 detik tidak cukup
bagi peralatan untuk melakukan scanning untuk pembentukan spectrum. Selain itu
detektor PDA mampu menampilkan kromatogram dalam bentuk tiga dimensi,
yaitu hubungan antara waktu, absorpsi dan panjang gelombang (Kantasubrata,
2004).
8. Sistem Pengolah Data (Recorder/ Integrator/ Komputer)
Sistem KCKT memerlukan recorder (pencatat) sebagai system pencatat yang
berkualitas baik dan mampu menampilkan kromatogram dengan jelas, tepat dan
cukup peka.
Keuntungan KCKT (Harmita, 2006), antara lain :
a) Waktu analisis cepat
Waktu yang diperlukan biasanya kurang dari 1 jam, seringkali hanya 15 menit
hingga 30 menit. Untuk analisis yang mudah waktu yang diperlukan kurang
dari 5 menit.
b) Daya pisahnya baik
c) Peka
Kepekaannya sangat bergantung pada jenis detektor dan eluen yang
digunakan.
d) Pemilihan kolom dan eluen sangat bervariasi
e) Kolom dapat dipakai kembali
f) Dapat digunakan untuk molekul besar dan kecil
g) Mudah untuk memperoleh kembali cuplikan
Tidak seperti kebanyakan detektor dalam kromatografi gas, detektor tidak
merusak komponen zat yang dianalisis, sehingga zat yang telah dielusi dapat
dikumpulkan dengan mudah setelah melewati detektor.
h) Dapat menghitung sampel dengan kadar yang sangat rendah (bergantung pada
detektor yang digunakan)
DAFTAR PUSTAKA
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. McGraw Hill: New York, 5778-
586,.
McMaster, M.C. 2007. HPLC A Partical User’s Guide 2th Ed. John Willey &
Sons: USA,3-13.
Moffat, A. C., Osselton, M. D., dan Widdop, B. 2004. Clarke’s Analysis of Drugs
and Poisons,[online]. http://mtnviewfarm.net/drugs-poisons-i006.html.
Diakses hari Minggu, 4 Maret 2018. Pukul 13:45 WITA.
Settle, F.A. 1997. Quality Control of Herbal Medicine: Chromatographic Finger
Printing and Screening for Adulterants. Nasional University of
Singapore.
Wellings, D.A., 2006. A Practical Handbook of Preparative HPLC. Elservier,
Ltd. 1-5. UK.
Lanjutkan jangan berhenti haha
ReplyDelete